Dalam bermain game kompetitif, kamu akan ditawarkan banyak “alat” untuk memenangkan pertandingan. Dalam game yang melibatkan pertarungan seperti fighting game atau MOBA, alat ini berarti karakter yang bisa kamu gunakan.
Tujuan banyaknya alat yang tersedia adalah untuk memberikanmu pilihan. Tiap pemain punya gaya bermain dan preferensi sendiri, dan mereka ingin punya pilihan alat yang sesuai dengan gaya dan preferensi tersebut.
Developer game sendiri akan berusaha membuat semua alat yang mereka sediakan seimbang atau sama-sama kuat. Namun pada akhirnya pemain mengidentifikasi bahwa ada alat yang lebih kuat dari yang lain. Seiring waktu, pemain kemudian membangun peta kekuatan, alat mana yang kuat dan alat mana yang lemah terutama dalam konteks dan peraturan tertentu seperti ranah kompetitif.
Dalam beberapa game seperti fighting game, peta kekuatan ini sering disebut sebagai tier list.
Bagaimana Tier List Tercipta
Cara Kerja Game Itu Sendiri
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenapa karakter atau alat tertentu lebih kuat dari yang lain. Faktor pertama adalah game itu sendiri. Ini meliputi banyak hal, mulai dari mekanik atau cara kerja game dan segala sesuatu yang ada di sekitarnya.
Tiap game dibentuk dari berbagai elemen, mulai dari mekanik dan gameplay dasar, peraturan dalam sistem, serta elemen lain (jika ada) seperti item, NPC, area bermain, dan masih banyak lagi. Interaksi antara beberapa elemen ini secara tidak langsung mendikte bagaimana cara terbaik untuk memainkan game tersebut atau dengan kata lain meta-game.
Game memang punya banyak pilihan karakter dan alat, tapi tidak semuanya efektif dalam meta-game yang ada. Ini secara tidak langsung menentukan posisi karakter atau alat tersebut dalam peta kekuatan permainan. Karakter yang tidak efektif dalam meta-game yang ada akan bersarang di low-tier, begitu juga sebaliknya.
Apakah itu berarti karakter tersebut lemah? Tidak juga. Karakter tersebut mungkin kuat, tapi dalam meta-game yang ada saat itu, karakter tersebut mungkin tidak bisa mengeluarkan kekuatan maksimalnya.
Ada banyak karakter dalam dunia game yang terdampar di low-tier karena cara kerja atau meta-game saat itu. Salah satu contohnya adalah Bastion di Overwatch. Di atas kertas, Bastion adalah karakter yang kuat, tapi potensi penuhnya ada jika ia berada dalam Sentry Mode. Sayangnya dalam game di mana mobilitas adalah salah satu faktor penting, Bastion yang tidak bisa bergerak dalam Sentry Mode jadi kurang efektif. Namun jika ia harus berada dalam Recon Mode dan bergerak, potensinya jadi berkurang drastis.
Memang, akan ada momen langka di mana karakter low-tier atau off-meta tiba-tiba digunakan dan berhasil menang. Namun itu biasanya sangat langka dan hanya terjadi sesekali atau memerlukan dedikasi yang sangat tinggi. Jika tidak, hari ini Bastion harusnya keluar dari jurang low-tier, terutama di ranah kompetitif.
Kekuatan Karakter Itu Sendiri
Karena itulah faktor kedua yang mempengaruhi tier-list adalah karakter itu sendiri, atau seberapa efektif karakter tersebut dalam game serta meta-game yang ada.
Seberapa bagus kit dan atribut sebuah karakter dalam game punya parameter yang berbeda. Kekuatan karakter dalam game MOBA seperti Dota 2 misalnya, ditentukan dari efektivitas spell, atribut, dan scaling seiring level. Jika kit karakter tersebut efektif dalam meta-game saat itu, maka ia bisa saja dianggap sebagai top-tier dan sering digunakan.
Sebagai contoh, sebelum The International 2018, meta-game yang berlaku di Dota 2 saat itu adalah dominasi early game. Jika bisa menang sejak laning phase dan early game dengan cara merebut last hit dalam jumlah besar, kamu akan mendominasi permainan. Karena meta-game tersebut, hero yang bisa melakukan harass dan/atau mengamankan last hit dari jarak jauh kemudian lebih disukai.
Interaksi Antar Karakter
Untungnya, dalam game dengan balance yang baik, bahkan karakter terkuat sekalipun punya kelemahan. Inilah faktor ketiga yang mempengaruhi tier-list, yaitu interaksi sang karakter dengan karakter lain.
Karakter top-tier mungkin sangat kuat dalam permainan secara keseluruhan. Namun jika bertemu dengan kelemahan atau counter yang tepat, mereka juga akan kesulitan. Karakter yang memanfaatkan kelemahan atau menjadi counter karakter kuat tersebut mungkin secara keseluruhan biasa saja. Hanya saja karena ia bisa mengalahkan karakter top tier dengan mudah, ia punya posisi yang lebih baik dalam tier-list.
Contoh terbaik untuk ini adalah fighting game. Dalam genre ini, salah satu faktor yang jadi pertimbangan untuk menentukan tier-list adalah matchup dengan semua karakter lain alias matchup spread. Karakter yang rata-rata unggul menghadapi mayoritas karakter lain akan ditempatkan sebagai top-tier, sedangkan karakter yang kesulitan menghadapi terlalu banyak karakter akan ditempatkan sebagai mid atau low-tier.
Uniknya, jika karakter mid atau low-tier bisa mengalahkan karakter di atas tier-list, karakter tersebut bisa saja punya posisi yang lebih tinggi dalam tier-list. Ini karena dalam permainan terutama ranah kompetitif, karakter top-tier akan digunakan oleh banyak orang. Alasannya tentu karena semua orang ingin menang dan memaksimalkan peluang menang. Nah, karena punya “mangsa” yang lebih banyak, karakter mid atau low-tier ini secara statistik akan lebih sering mencatatkan kemenangan.
Ini juga terjadi di game lain. Dalam Dota 2 misalnya, hero yang mengandalkan spell spamming sejak awal permainan sedang populer. Secara tidak langsung, Silencer yang punya Arcane Curse memiliki posisi yang diuntungkan di meta-game.
Apakah Tier List Bersifat Absolut?
Tier-list tidak akan pernah absolut. Ada banyak hal yang membuat peta kekuatan karakter bisa berubah begitu saja.
Faktor pertama yang paling jelas adalah ketika game tersebut kemudian berubah. Melalui balance update atau patch, mekanik dalam game atau bahkan karakter dalam game bisa berubah. Dari perubahan itu meta-game juga berubah, dan karakter mana yang unggul juga kemudian berubah. Makin drastis perubahan yang ada, makin drastis juga perubahan tier-list nantinya.
Hadirnya karakter baru juga bisa berpengaruh dalam tier-list. Jika karakter baru tersebut ternyata kuat dan masuk dalam top-tier, karakter lain yang punya matchup positif menghadapi karakter tersebut tentu punya posisi yang lebih bagus di tier-list.
Balance update bukanlah satu-satunya cara agar tier-list berubah. Tier-list umumnya tercipta secara organik berdasarkan opini pemain serta hasil turnamen di level tertinggi. Opini dan hasil turnamen tersebut datang dari hasil eksperimen dan pengetahuan pemain.
Nah, seiring makin banyaknya eksperimen dan percobaan, pemain akan menemukan beberapa trik dan strategi baru. Jika strategi dan trik baru tersebut ada untuk karakter mid-tier, karakter tersebut mungkin memiliki matchup spread yang lebih baik dan otomatis memiliki posisi yang baik di tier-list.
Sebagai contoh kamu bisa membandingkan dua tier-list di atas. Selama 18 tahun dimainkan secara kompetitif, Super Smash Bros. Melee terus mengalami perubahan tier-list. Beberapa karakter mid-tier seperti Pikachu dan Yoshi naik dari tier-list berkat pemain yang memperlihatkan trik baru menggunakan karakter tersebut.
Namun bukan berarti semua karakter bisa mendaki di papan tier-list dengan kerja keras dan eksperimen. Ada karakter yang memang sangat buruk dan tidak berdaya menghadapi karakter lain kecuali ia mendapatkan buff dari developer game itu sendiri.
Satu hal yang harus kamu ingat adalah, tier-list ini biasanya berpengaruh dalam kondisi spesifik, yaitu dalam ranah kompetitif di level tertinggi? Karena dalam level tinggi di mana semua pemain kurang lebih sama kuat, semua keunggulan, termasuk keunggulan kekuatan karakter akan punya dampak besar.
Artinya jika kamu adalah pemain casual atau bermain di level tengah atau bawah, tier-list punya pengaruh yang kecil. Selama kamu bisa bermain lebih baik dari lawan, anything is possible. Karena itu dalam turnamen besar fighting game para pemain top kadang sengaja menggunakan karakter low-tier menghadapi pemain kacangan dan tetap menang. They’re just better.
Baca juga: Mengenal format turnament yang sering digunakan di esports