Turnamen esports punya banyak pilihan format yang bisa digunakan. Kalau kamu sering mengikuti turnamen esports dan berbagai macam game, kamu juga pasti sadar kalau ada format turnamen esports yang lebih sering digunakan di satu game, tapi tidak di game lainnya.
Itu wajar, karena masing-masing game pada dasarnya memang berbeda dari hampir segala aspek, mulai dari gameplay sampai audience yang menyaksikan. Belum lagi penyelenggara yang berbeda punya sumber daya yang berbeda pula.
Nah, kalau kamu masih belum familiar atau sering bingung dengan bagaimana masing-masing format turnamen dijalankan, kamu bisa membaca penjelasan kami di bawah ini mengenai berbagai format turnamen esports yang sering.
Format Pertandingan
1. Best of X
Best of X (X adalah angka yang umumnya ganjil) merupakan format pertandingan yang paling umum dalam turnamen esports. Masing-masing tim atau pemain akan bertanding sebanyak jumlah X yang ditentukan, dan siapapun yang menang lebih banyak dalam X kali bertanding keluar sebagai pemenang.
Jadi, kalau tim A dan B bertanding dengan format best of five, salah satu tim harus memenangkan minimal tiga pertandingan agar bisa dinyatakan sebagai pemenang akhir.
Umumnya, sebuah pertandingan best of X tidak akan dilanjutkan sampai akhir jika ada satu tim yang sudah mencapai jumlah kemenangan minimum. Jadi kalau dalam sebuah best of five tim A sudah unggul 3-0 atas tim B, pertandingan itu akan dihentikan dan tim A keluar sebagai pemenang akhir.
Format ini, khususnya best of three atau best of five sangatlah populer karena benar-benar menguji kemampuan tim atau pemain dalam bermain. Karena di samping gameplay, kemampuan pemain atau tim untuk beradaptasi sesuai dengan lawan yang dihadapi, bermain dengan karakter atau strategi yang berbeda, atau beberapa aspek lainnya adalah hal yang penting dalam menentukan siapa pemain yang lebih baik, dan itu tidak bisa dicapai hanya dengan bertanding sekali.
Hampir semua turnamen besar menggunakan format pertandingan ini, mulai dari Dota 2 The International 2016 (best of three dan best of five), Hearthstone World Championship 2016 (best of seven), dan berbagai turnamen CS:GO (best of three).
2. First to X
First to X adalah format di mana satu pemain atau tim harus lebih dulu mencapai X kali kemenangan sebelum lawan.
Meskipun sangat mirip dalam artian best of five sama saja dengan first to three, format ini masih digunakan khususnya di komunitas game fighting, terutama jika mereka harus menang 10 kali, alias first to 10. Mungkin best of 19 terdengar sangat melelahkan.
3. Last Man Standing
Format ini berlaku untuk pertandingan berbasis tim yang terdiri dari sejumlah pemain untuk game perorangan, tapi sekarang ini lebih populer dalam turnamen Hearthstone yang mengharuskanmu membawa lebih dari satu deck.
Aturannya mudah saja. Kamu bermain menghadapi lawanmu. Jika anggota atau deck yang kamu gunakan menang, kamu bisa terus menggunakan anggota atau deck tersebut. Sebaliknya, kalau kalah, kamu tidak bisa lagi menggunakannya dan harus menggunakan atau mengirimkan anggota atau deck yang lain.
Dalam format ini, memiliki satu ace yang bisa menyapu bersih semuanya adalah salah satu modal yang bagus. Sayangnya ini kadang membuat pemain atau tim hanya bergantung pada ace tersebut, sedangkan sisanya hanya sebagai “pelengkap”.
4. Conquest
Conquest adalah kebalikan dari last man standing. Kalau dalam last man standing kamu boleh menggunakan deck yang sama setelah menang, di conquest kamu tidak boleh lagi menggunakannya. Namun kalau deck yang kamu gunakan kalah, kamu bisa menggunakannya lagi sampai deck tersebut menang.
Dengan kata lain, kalau dalam last man standing satu deck hanya bisa kalah sekali, dalam conquest, masing-masing deck hanya perlu menang sekali saja.
Dari dinamikanya, format conquest menuntut strategi yang lebih rumit. Kamu harus punya lineup yang seimbang dan memiliki cara untuk menang menghadapi sebagian atau seluruh lineup lawan. Jika dalam last man standing kamu bisa menang hanya dari satu ace, di conquest kamu bisa kalah karena satu dari linup kamu stuck alias tidak bisa memetik kemenangan.
Format Grup
Umumnya, grup dijadikan sebuah fase awal dalam sebuah turnamen. Tujuannya untuk menyaring tim dan juga menentukan seeding dan pairing yang sesuai agar penyelenggara bisa menentukan siapa yang akan bertemu siapa di babak berikutnya yang biasanya diadakan dalam bentuk knockout.
1. Round Robin/Half League
Dalam format round robin, semua tim dalam grup yang sama pasti akan bertemu satu sama lain satu kali dalam format pertandingan yang sudah ditentukan. Hasil pertandingan akan diakumulasikan menjadi poin sesuai dengan ketentuan penyelenggara, dan peringkat grup akan dilihat berdasarkan perolehan poin tersebut.
Untuk tim yang bertanding, ini membuat mereka punya lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan poin di grup, plus mendapat lebih banyak pengalaman karena bisa menghadapi semua tim yang tergabung dalam grup. Namun di sisi lain, format grup ini akan sangat menguras waktu kalau pihak penyelenggara tidak bisa mengadakan beberapa pertandingan sekaligus di waktu yang sama.
Round robin adalah format grup yang paling sering digunakan untuk group stage di berbagai turnamen esrpots, tapi tentu saja dengan format pertandingan yang berbeda.
2. Double Round Robin/Full League
Double round robin sama persis dengan round robin biasa, di mana masing-masing tim yang tergabung dalam satu grup akan bertemu satu sama lain dalam format pertandingan yang sudah ditentukan dan memperoleh poin sesuai hasil yang diperoleh. Bedanya, dalam double round robin, masing-masing tim akan saling bertemu dua kali.
Format turnamen esports ini tentu saja memberikan semua tim lebih banyak kesempatan bertanding dan memuncaki grup, serta benar-benar mempelajari lawan-lawan yang ada dalam grup. Namun, karena melakukan round robin dua kali, format ini jelas memakan waktu dua kali lebih banyak.
Format grup ini sering dilakukan di esports League of Legends, termasuk LCS dan juga League of Legends World Championship 2016.
3. GSL Format
Format turnamen esports ini lahir dari salah satu turnamen Starcraft II di Korea Selatan, yaitu Global Starcraft II League (GSL). Karena itulah format ini dikenal dengan nama GSL. GSL adalah format grup yang sedikit unik karena berbentuk double elimination bracket. Format ini umumnya digunakan dalam grup yang berisi empat tim atau pemain.
Pertama, pemain atau tim akan diadu dengan salah satu tim atau pemain lain dalam grup yang sama, yang berarti akan ada dua pertandingan terpisah. Masing-masing pemenang dari kedua pertandingan akan dipertemukan dalam winners’ match, dan siapapun yang memenangkan pertandingan ini akan memuncaki grup tanpa harus bertanding lagi, sementara yang kalah harus berhadapan dengan pemenang dari losers’ match.
Pada saat yang bersamaan, tim atau pemain yang kalah di pertandingan pertama juga akan saling bertemu dalam losers’ match, dan yang kalah akan langsung berada di peringkat terakhir grup dan tidak akan bertanding lagi. Pemenang dari losers’ match kemudian akan bertanding dengan tim atau pemain yang kalah di winners’ match, dan pemenangnya berhak menempati peringkat dua grup, sementara yang kalah harus puas di peringkat ketiga.
Dalam format ini, biasanya dua tim teratas akan berhak mendapatkan hadiah atau maju ke fase turnamen berikutnya, sementara dua sisanya gugur.
Bagi penyelenggara, format ini lebih hemat waktu karena dua alasan. Pertama, tiap grup hanya memainkan lima matchup, satu lebih sedikit dari format round robin. Kedua, karena sejatinya berbentuk bracket, format ini dijamin terhindar dari tiebreaker sehingga penyelenggara tidak harus menyiapkan waktu untuk antisipasi tiebreaker. Namun di sisi lain karena melewatkan satu matchup, bracket ini berisiko tidak memetakan kekuatan masing-masing peserta di grup tersebut secara akurat.
Salah satu turnamen yang baru-baru ini menggunakan format ini di fase grupnya adalah Hearthstone World Championship 2016. Diikuti oleh 16 pemain, Blizzard memecah mereka menjadi empat grup yang masing-masing terdiri dari empat pemain.
4. Swiss Format
Swiss adalah format grup yang cukup unik. Dalam format ini, semua pemain akan dimasukkan ke dalam grup yang sangat besar dan bertanding dalam jumlah yang sudah ditentukan. Mungkin enam kali, mungkin delapan kali, mungkin lebih, tergantung jumlah tim yang ada dalam grup dan ketersediaan waktu. Namun yang jelas kamu tidak akan bertanding dengan semua tim atau pemain yang ada dalam grup.
Awalnya, kamu akan dipertandingkan dengan salah satu pemain lainnya. Setelah itu, kamu akan bertanding dengan pemain lain yang punya rekor menang dan kalah yang sama denganmu di grup. Jadi kalau di pertandingan pertama kamu kalah, maka berikutnya kamu juga akan bertemu dengan tim atau pemain yang juga kalah di pertandingan pertama.
Kamu seterusnya akan bertemu dengan pemain dengan perolehan menang dan kalah yang sama atau paling mendekati, sampai kamu akhirnya bertanding sebanyak jumlah yang sudah ditentukan sebelumnya. Dari situ, hasil akhir dan peringkatmu akan dilihat berdasarkan jumlah menang dan kalah serta akumulasi skormu.
Format ini sangat populer di tabble top game seperti catur atau scrabble, dan trading card game seperti Magic: The Gathering. Namun meskipun jarang, beberapa turnamen esports juga sesekali menggunakannya, dan menurut saya format ini juga cocok untuk game seperti Hearthstone (toh sama-sama game kartu).
Scrabble, catur, atau game kartu seperti Magic: The Gathering biasanya memasukkan ratusan pemain (misal 128) dalam satu grup besar. Dalam situasi itu, membuat semua pemain bertanding satu sama lain tentu memakan waktu. Namun langsung menggunakan sistem gugur tidak memberikan jumlah sampel yang cukup untuk menentukan apakah tim atau pemain memang layak menjadi juara atau gugur dalam turnamen.
Format Swiss menjadi jalan tengah untuk itu, karena menghemat waktu dengan jumlah pertandingan yang terbatas, tapi tetap menyediakan jumlah sampel yang cukup karena semua pemain melakukan jumlah pertandingan yang sama menghadapi lawan yang relatif setara.
Format Gugur/Knockout
1. Single Elimination
Format single elimination adalah yang paling jelas dan sederhana. Peserta akan dipasangkan berdasarkan undian atau seeding (misal peringkat di fase grup), dan bertanding sesuai dengan format pertandingan yang sudah ditentukan. Tim atau pemain yang menang akan maju ke babak berikutnya, sementara yang kalah akan gugur dari turnamen. Setiap babak, jumlah peserta akan berkurang setengah hingga tersisa dua di babak final.
Format ini tentu sangat menghemat waktu karena bisa memangkas tim dan menemukan juara turnamen dengan cepat. Namun, ada beberapa kelemahan.
Untuk sisi pemain, format ini terkadang tidak adil. Peserta yang lebih kuat bisa saja kalah oleh peserta yang lebih lemah dan gugur dari turnamen karena berbagai faktor. Misal, lawan menggunakan strategi gimmick yang cuma bisa efektif sekali. Pada akhirnya, siapa peserta yang benar-benar maju ke babak berikutnya atau final tidak selamanya menjadi acuan siapa peserta terkuat.
Namun sebaliknya, kalau satu peserta yang lebih lemah tersebut gugur, ya sudah. Peserta itu memang belum cukup kuat menghadapi lawan yang lebih kuat. Peluang untuk membuat storyline atau narasi selain underdog story akhirnya menjadi sangat terbatas.
Ada banyak turnamen besar yang menggunakan format ini, namun mereka mengkompensasi kelemahan di atas dengan format pertandingan yang tepat. League of Legends World Championship 2016 misalnya menggunakan format pertandingan best of five, sedangkan Hearthstone World Championship 2016 juga menggunakan format pertandingan best of seven, agar hasil akhir pertandingan benar-benar memperlihatkan yang mana peserta yang lebih kuat.
2. Double Elimination
Format ini mirip dengan single elimination, di mana masing-masing peserta akan dipasangkan berdasarkan undian atau seeding ke skema awal yang disebut winners’ atau upper bracket. Mereka harus bertanding untuk maju ke babak berikutnya. Namun bedanya, tim atau pemain yang kalah tidak langsung gugur dari turnamen, melainkan turun ke losers’ atau lower bracket.
Peserta yang turun ke lower bracket akan menghadapi tim lain yang bernasib sama, dengan pairing yang tergantung pada posisi mereka di bracket. Kalau menang, mereka akan terus maju ke babak beriktunya, dan kalau kalah gugur dari turnamen. Peserta yang menang di final lower bracket kemudian akan bertanding di grand final menghadapi tim yang tidak pernah kalah di upper bracket.
Kalau kamu lihat dari bentuk skema di atas, peserta yang jatuh ke lower bracket akan bertanding jauh lebih banyak dibanding peserta yang terus maju di upper bracket. Kesannya tidak adil, tapi hey, itu harga yang harus bayar untuk mendapatkan kesempatan kedua.
Format ini jauh lebih panjang dan memakan waktu karena punya lebih banyak pertandingan. Namun sisi positifnya, format ini menjamin lebih banyak storyline atau narasi. Selain underdog story, kamu bisa saja menemukan ada peserta yang terus melaju sepanjang lower bracket sampai babak grand final, peserta favorit yang secara mengejutkan underperforming dan gugur meskipun mendapat kesempatan kedua, dan masih banyak lagi.
Salah satu turnamen besar yang menggunakan format ini adalah Dota 2 The International 2016 lalu.
3. Gauntlet
Gauntlet adalah format knockout yang cukup unik. Peserta yang berada dalam turnamen dengan format ini memulai turnamen mereka di posisi yang berbeda dan tidak setara. Posisi ini biasanya ditentukan melalui fase grup yang sudah dilangsungkan sebelumnya, atau seeding berdasarkan ranking dari sebuah asosiasi resmi dan diakui.
Dua peserta yang berada di seeding terbawah biasanya bermain paling awal, dan punya jalur paling panjang untuk menjadi juara. Peserta yang punya seeding lebih baik ditempatkan di babak berikutnya dan menunggu lawan dari pemenang di babak sebelumnya, dan seterusnya sampai final, di mana peserta dengan seeding tertinggi menunggu sambil menyaksikan semua pertandingan lain berlangsung dan mempelajari calon lawan.
Format turnamen esports ini harus selalu dibarengi dengan fase grup atau seeding yang benar-benar masuk akal, adil, dan disetujui oleh mayoritas. Kalau tidak, bisa saja penempatan pesertanya ternyata tidak sesuai dengan peta kekuatan yang sebenarnya.
Salah satu contoh turnamen besar yang menggunakan format ini adalah Regional Qualifiers di sirkuit esports League of Legends di semua wilayah.
Istilah Lainnya
1. Tie-Breaker
Tie-breaker adalah metode untuk memisahkan dua peserta atau lebih yang punya perolehan poin akhir yang sama dalam sebuah grup, membuat mereka berhak untuk berada di posisi yang sama. Umumnya, tie-breaker diadakan jika posisi yang diperebutkan para peserta ini cukup penting, misalnya poisisi terakhir agar bisa lolos ke babak berikutnya.
Tie-breaker ini hanya melibatkan peserta yang memang sama-sama berhak untuk satu posisi yang sama. Bagaimana cara melakukan tie-breaker ini sangat bergantung pada peraturan penyelenggara dan game apa yang dipertandingkan.
Cara yang paling objektif adalah dengan sekali lagi mempertandingkan semua peserta yang punya perolehan poin yang sama. Namun cara ini tentunya memakan waktu, apalagi kalau game yang dipertandingkan cukup rumit seperti Dota 2, League of Legends, ataupun CS:GO.
Cara untuk memisahkan para peserta ini tanpa harus bertanding ulang adalah dengan melihat hasil head-to-head masing-masing peserta. Jadi, di antara tim yang masuk ke tie-breaker, siapa yang punya rekor terbaik. Misalnya, tim A, B, dan C punya poin yang sama. Namun ketika ketiganya dibandingkan, tim C ternyata menang atas tim A dan B di pertandingan grup sebelumnya. Maka dari itu, tim C berhak mendapatkan posisi teratas tie-breaker.
Head-to-head, atau semua cara tie-breaker tanpa bertanding ulang seringkali dihindari karena dianggap tetap tidak begitu mewakili kekuatan masing-masing peserta yang terlibat. Selain itu, dalam sebuah kasus langka, peserta yang terlibat dalam tie-breaker bisa saja imbang dan/atau saling mengalahkan ketika bertanding di fase grup.
2. Bracket Reset
Bracket reset adalah variasi tambahan untuk babak grand final double elimination. Pada dasarnya, finalis yang berasal dari lower bracket harus mengalahkan lawannya dua kali dengan dua format pertandingan yang sama, sementara finalis dari upper bracket hanya perlu menang sekali.
Jadi, kalau kamu adalah finalis yang naik dari lower bracket dan akan bertanding dengan format pertandingan best of five, maka kamu harus memenangkan dua best of five berturut-turut untuk bisa keluar sebagai juara, sementara lawanmu hanya perlu memenangkan satu best of five menghadapimu.
Justifikasi atas varian ini adalah karena lawanmu berasal dari upper bracket, kemenanganmu di best of five pertama adalah untuk menjatuhkannya ke lower bracket, setara denganmu.
Variasi ini biasanya digunakan dalam turnamen game figthing untuk memberikan keunggulan pada pemain yang bisa mempertahankan performanya secara konsisten di upper bracket. Selain itu, karena berlangsung dengan cepat, game figthing biasanya punya cukup waktu untuk memberlakukan variasi ini.
That’s it. Kalau kamu bertanya format turnamen esports mana yang terbaik, itu kembali ke masing-masing penyelenggara turnamen dan game yang mereka pertandingkan. Namun prinsipnya adalah, pastikan format yang dibuat benar-benar adil untuk para pemain dan benar-benar bisa menentukan tim atau pemain mana yang paling hebat di turnamen tersebut. Tentu saja dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya dan waktu yang ada, serta kecenderungan audience ketika menyaksikan game yang kamu pertandingkan.