Lee “Faker” Sang-hyeok: Si Lionel Messi di League of Legends
article-banner
Lee “Faker” Sang-hyeok: Si Lionel Messi di League of Legends
Adam Audy
Feb 01,2017
share
like

Kalau di Dota 2 kita mengenal Syed “SumaiL” Hassan yang menggemparkan ranah kompetitif ketika debutnya, di League of Legends ada Lee “Faker” Sang-hyeok. Di usianya yang masih 20 tahun, Faker berhasil meraih prestasi tertinggi di dalam game MOBA buatan Riot Games tersebut.

Ketika melakukan debutnya di dunia kompetitif, Faker memenangkan World Championship Season 3, bahkan bersama dengan tim yang usianya belum genap satu tahun.

Performa apiknya tidak hanya ia tunjukkan di tahun pertamanya saja. Sampai sekarang, Faker masih menjadi seorang pemain mid yang disegani oleh para lawannya, hingga ia memiliki beberapa julukan yang diberikan oleh para penggemar, dan personality dalam League of Legends itu sendiri.

Bagaimana kisah Faker hingga ia dijuluki sebagai “The Unkillable Demon King”? Tim apa, dan kompetisi apa yang telah membesarkan namanya? Kalau kamu penasaran, simak artikel ini sampai habis ya!

Baca juga: SumaiL, Bermain Dota 2 Belasan Jam Sehari untuk Menjadi Pemain Profesional

Memulai pada Umur 16 Tahun

profil-pemain-faker-picture-1

20 tahun yang lalu, tepatnya 7 Mei 1996, di sebuah negara yang terkenal dengan makanan tradisional Kimchi, Lee “Faker” Sang-hyeok lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya adalah seorang tukang kayu, dan mereka tinggal di sebuah rumah sederhana di distrik Gangseo.

Faker dengan adik laki-lakinya tumbuh bersama ayah dan neneknya. Faker mengatakan bahwa ia sudah lama tidak melihat ibunya sedari kecil. Artinya Lee Kyung-joon, ayah Faker, adalah orang yang membesarkan Faker sedari kecil hingga sekarang ia menjadi seorang bintang League of Legends dunia.

Faker kecil adalah anak yang benar-benar tertarik dengan segala hal baru. Apapun yang ia temui, akan ia pelajari sendiri. Menginjak remaja, Faker sangat gemar menyelesaikan puzzle dan bermain video game. Salah satu game yang kerap ia mainkan pada saat itu adalah custom game dari Warcraft III, DotA: All-Stars dan Footman Frenzy.

Pada tahun 2011, Riot Games meluncurkan server League of Legends di Korea Selatan. Dari situ Faker berkenalan dengan League of Legends dan terus memainkannya hingga sekarang.

profil-pemain-faker-picture-2

Tidak lama, Faker menjadi pemain nomor satu di Korea Selatan sampai ke titik sistem matchmaking League of Legends tidak lagi mampu menemukan pemain dengan kemampuan setara dengannya. Yes, he’s THAT good.

Dengan pseudonim GoJeonPa, ia mendaki ranked matchmaking di server Korea Selatan dan pada akhirnya menjadi seorang pubstar. Nama GoJeonPa dikenal sebagai seorang midlaner yang bermain secara agresif dan unik. Ia kerap menggunakan Champion yang tidak seharusnya berada di mid, tapi tetap bisa memainkannya dengan efektif.

Hingga pada akhirnya, Faker menjadi pemain nomor satu di peringkat solo queue untuk waktu yang lama. Terkesan dengan kemampuan anak lelaki 16 tahun ini, beberapa organisasi esports di Korea mulai menaruh perhatian kepadanya, padahal Faker baru saja memulai pendidikannya di SMA.

Ayah Faker sempat keberatan mengenai anaknya yang harus meninggalkan sekolah demi mengejar impian di ranah esports. Namun, gurunya meyakinkan sang ayah bahwa Faker dapat melanjutkan pendidikannya di lain waktu dengan mudah. “Sebagai seorang single parent, sudah menjadi tugas saya untuk mendukung Sang-hyeok,” aku ayah Faker.

Besar Bersama SK Telecom T1

profil-pemain-faker-picture-3

Dari seluruh tawaran yang ia terima, Faker memilih untuk bergabung dengan SK Telecom T1 di bulan Februari 2013, meskipun divisi League of Legends tim ini (sebelumnya punya Starcraft II) baru terbentuk di akhir tahun 2012. Faker masuk ke dalam tim nomor duanya, yaitu SK Telecom T1 2, atau SK T1 2.

Dua bulan berlatih dan menjadi buah bibir para netizen, Faker menjalankan debutnya pada tanggal 6 April 2013 sekaligus memulai perjalanan SK T1 2 di OLYMPUS Champions Spring 2013. Saat itu, SK T1 2 berhadapan dengan tim yang difavoritkan menjadi juara, CJ Entus Blaze.

Di atas kertas, CJ Entus Blaze memiliki susunan pemain yang jauh lebih berpengalaman. Namun di lapangan, Faker bermain dengan gemilang. Secara mengejutkan, ia melakukan solo kill di lini tengah ketika berhadapan dengan Kang “Ambition” Chan-yong, salah satu pemain terkuat pada saat itu.

Para penonton di studio Ongamenet tertegun melihat bocah berusia 16 tahun, di pertandingan profesional pertamanya, menggunakan Nidalee, berhasil membunuh Ambition yang sudah bermain secara kompetitif selama hampir dua tahun dan bahkan sedang berlindung di bawah Turret.

profil-pemain-faker-picture-4

Masih di pertandingan yang sama, Faker kemudian menuju ke lane bawah, membantu rekan satu timnya di dalam clash dan mengklaim double kill atas CJ Entus Blaze. Christopher “MonteCristo” Mykles yang pada saat itu menjadi analis tidak mampu berkata-kata atas debut gemilang Faker di laga tersebut.

Hingga satu tahun kemudian, SK T1 2 yang berganti nama SK T1 K menjadi tim yang sangat kuat. Faker dan timnya meraih juara tiga di OLYMPUS Champions Spring 2013, dan juara satu di HOT6iX Champions Summer 2013.

Kendati sukses, Faker dan SK T1 K belum memiliki poin yang cukup untuk terkualifikasi otomatis ke dalam World Championship Season 3. Mereka harus menempuh Korean Regional Finals terlebih dahulu untuk mengamankan tiket ke Los Angeles guna berpartisipasi pada World Championship. SK T1 K mengalahkan KT Rolster Bullets 3-1 di final.

2013 World Championship menjadi momen terpenting di dalam karir Faker selama ini. Di panggung dunia, SK T1 K langsung menjadi tim favorit kendati belum berusia genap satu tahun.

profil-pemain-faker-picture-5

Mereka mendominasi group stage, dan terus melaju hingga ke babak final untuk berhadapan dengan Royal Club dari Cina. Faker dan SK T1 K keluar sebagai pemenang, mengukir sejarah baru dalam dunia League of Legends sebagai tim berumur delapan bulan yang memenangkan putaran World.

Sejak saat itu, nama Faker dikenal di seluruh dunia. Banyak yang mengatakan kalau Faker adalah pemain mid terbaik di Korea Selatan, bahkan di dunia. Di penghujung tahun 2013, Faker mendapatkan penghargaan sebagai Best Mid-Laner pada acara 2013 Korean e-Sports Awards.

Wajah Faker semakin populer di antara remaja-remaja Korea. Ia membintangi di sebuah iklan untuk SK Telecom, hingga muncullah hashtag #thingsfakerdoes di internet. Hashtag tersebut bermula dari para caster yang mengatakan “things faker does” ketika ia bermain secara impresif.

Ju “Cool” Jia-Jun dari tim OMG, Cina, memberikannya julukan “Unkillable Demon King” ketika bertanding di panggung 2013 World Championship. Sedangkan penggemarnya cukup menyebut Faker dengan julukan “God”.

“Bagi saya, ia berada di tingkat yang sama dengan Michael Jordan dan Tiger Woods, yaitu orang-orang yang membawa industri ini ke level selanjutnya. Ia adalah bintang dunia yang sebenarnya,” ungkap Jeon Yong Jun, seorang caster veteran dari Korea Selatan.

Loyalitas di Kala Korean Exodus

Di kuartal ketiga tahun 2014, muncul fenomena yang disebut sebagai Korean Exodus. Banyak para atlet esports asal Korea memilih untuk bermain di negeri lain, seperti Cina, Amerika Utara, bahkan Brazil. Banyak teori yang muncul membahas alasan mereka meninggalkan Korea, mulai dari sedikitnya persaingan, kesempatan lebih besar untuk memenangkan kompetisi, hingga gaji yang lebih besar.

Tim Samsung Galaxy White, pemegang gelar 2014 World Championship harus rela kehilangan empat orang pemainnya ke luar Korea. Belum lagi nama-nama besar seperti Choi “InSec” In-seok, Lee “KaKAO” Byung-kwon, dan Song “RooKie” Eui-jin, yang pernah menjadi identitas League of Legends Korea, juga pergi mencari kesempatan yang lebih baik di seberang lautan.

Lalu, bagaimana dengan Faker? Tersirat kabar bahwa sebuah tim baru asal Cina sempat menawarkan US$1 juta (sekitar Rp13,2 miliar) untuknya agar meninggalkan SK T1 K dan bergabung dengan mereka. Namun, secara mengejutkan, Faker menolak tawaran yang bisa membuatnya menjadi jutawan, ah tidak, miliarder, tersebut.

“Menurut saya, pergi ke luar negeri akan menjadi pembelajaran yang baik. Tetapi bagi saya pribadi, saya ingin tetap di Korea dan memenangkan gelar World Championship kedua,” jelas Faker.

Sungguh pernyataan yang sangat berani dari Faker. Mejuarai World Championship bukanlah hal yang mudah, apalagi memenangkannya dua kali.

Gelar World Championship Kedua dan Ketiga

profil-pemain-faker-picture-7

Tahun 2014 bukanlah musim yang mulus bagi Faker dan timnya. Menduduki peringkat tiga di LCK Korea, SK T1 harus berjibaku memperebutkan kursi terakhir ke Worlds melalui Regional Finals, dan sayangnya kalah menghadapi Najin White Shield. Season 4 (2014), SK T1 tidak maju ke Worlds.

Tahun 2015, SK T1 berbenah dan memulai perjalanan baru. Setelah Korean Exodus, tidak banyak pemain Korea bertalenta yang bisa direkrut oleh SK T1 untuk memperkuat skuadnya. Alhasil, SK T1 menggabungkan dua timnya, SK T1 S dan SK T1 K.

Faker kembali bermain dengan rekan satu tim lamanya, Bae “Bengi” Seong-ung. Namun, jam bermain Faker harus rela dibagi dengan Easyhoon, pemain mid dari SK T1 S. Keputusan SK T1 dalam mencadangkan Faker cukup kontroversial di mata para penggemar.

Banyak yang mengatakan kalau Faker bermain lebih baik daripada Easyhoon, dan lebih baik menjadikannya starter setiap saat. Namun ada juga yang berpendapat kalau memiliki dua mid-laner di sebuah tim dapat memperbanyak alternatif strategi yang digunakan ketika bermain sehingga lebih fleksibel.

profil-pemain-faker-picture-8

Bersama dengan susunan tim barunya, Faker memenangkan 2015 LCK Spring. Di babak semi final melawan CJ Entus, ia menggantikan Easyhoon dengan harapan dapat memutarbalikkan keadaan setelah tertinggal 2-0. SK T1 berhasil menyamakan kedudukan 2-2, dan di game kelima yang menggunakan sistem blind pick, Faker menggunakan Champion andalannya yang belum terkalahkan selama 12 kali pertandingan, LeBlanc, dan memberikan SK T1 kesempatan untuk meraih gelar liga ketiganya di Korea.

2015 LCK Summer adalah pintu gerbang Faker untuk mewujudkan impiannya meraih dua gelar World Championship. Faker memegang ucapannya, bermain dengan gemilang di lima belas game, dan meraih 10 kali predikat MVP satu musim. SK T1 berhadapan dengan KT Rolster di playoff, dan berhasil meraih kemenangan meyakinkan 3-0 sekaligus melaju ke 2015 World Championship.

Di panggung dunia, Faker dan SK T1 menunjukkan taringnya. Mereka tidak pernah kalah satu game pun di group stage hingga babak semi final. SK T1 hanya kalah satu kali di babak final ketika melawan ROX Tigers, dan membalasnya langsung 3-1.

Faker, merebut gelar World Championship untuk kedua kalinya di tahun 2015, menjadi satu dari dua pemain (pemain lainnya adalah Bengi) yang pernah memenangkan World Championship dua kali, dan bahkan tiga kali setelah mereka memenangkan 2016 World Championship atas Samsung Galaxy dengan skor 3-2.

profil-pemain-faker-picture-9
Baca juga: Danil “Dendi” Ishutin, Pemain Mid Dota 2 Paling Populer di Dunia

Trivia tentang Faker

  • Faker percaya kalau setiap pemain mid harus bisa menggunakan Twisted Fate untuk menguasai mini-map, dan Ryze agar bisa mempelajari pentingnya timing dalam menggunakan ability.
  • Champion andalannya adalah LeBlanc, Gragas, Riven, Zed, Ahri, dan Orianna.
  • Thorin, Alex Ich, dan Maknoon memberikan julukan bagi Faker sebagai Lionel Messi di dunia League of Legends.
  • Faker tidak pernah menggunakan skin alternatif untuk setiap Champion yang ia mainkan, kecuali dalam waktu tertentu.
  • Penyanyi favoritnya adalah Taylor Swift.
  • Pernah menggunakan sabun mandi cair sebagai pengganti pasta gigi.

Artikel Terkait

Tags:
Profil PemainSKT T1