Storyline Adalah Satu Alasan Esports Menarik Disaksikan
article-banner
Storyline Adalah Satu Alasan Esports Menarik Disaksikan
Yasser Paragian
Sep 17,2018
share
like

Jika kamu adalah fans League of Legends atau paling tidak menyimak esports League of Legends, kamu mungkin tahu foto di atas. Foto di atas merupakan salah satu favorit saya, paling tidak di event yang bersangkutan.

Ia adalah Rekkles, pemain carry League of Legends yang bermain untuk Fnatic. Ia sering dianggap sebagai salah satu carry terbaik di dunia dengan sejarah panjang. Tidak cuma itu, ia juga salah satu role model berkat kepribadiannya serta determintasi yang tinggi. Sayangnya setelah enam tahun bermain secara profesional, ia tidak pernah mendapatkan gelar besar, termasuk World Championship.

Pada World Championship 2017, Fnatic yang berjuang dari fase play-in mengalami awal yang buruk di fase grup. Meskipun ia sendiri bermain sangat baik, timnya harus menelan tiga kekalahan beruntun di putaran pertama fase grup.

Memasuki putaran kedua grup, Fnatic jelas diragukan bisa lolos dari fase grup. Namun dengan permainan yang solid dan sedikit keberuntungan, mereka berhasil memaksakan tiebreaker untuk lolos dari fase grup. Dari situlah gambar di atas tercipta, dan beberapa jam setelahnya mereka berhasil memenangkan tiebreaker dan lolos ke fase berikutnya.

Foto di atas mewakili salah satu storyline yang membuat World Championship 2017 lalu sangat menarik, dan salah satu alasan membuat saya tertarik menyaksikan World Championship meskipun saya hampir tidak pernah bermain League of Legends.

Pertanyaannya, apa itu storyline dalam esports, dan mengapa sebuah turnamen video game harus memiliki cerita?

Esports, Sebuah Cerita dengan Tournament Arc

Sebuah video dari Super Eyepatch Wolf menjelaskan mengapa sebuah fight scene dalam sebuah medium storytelling menjadi menarik untuk, khususnya di film dan anime.

Dalam video tersebut, ia menjelaskan bahwa sebuah fight scene adalah sebuah “dialog” antara dua karakter. Dialog ini terdiri dari dua komponen, yaitu technical narrative dan emotional narrative.

Technical narrative adalah pertukaran “argumen” antara dua karakter yang bertarung. Dalam sebuah adu fisik, argumen ini adalah bagaimana kedua karakter berusaha menyerang lawannya dan/atau bertahan dari serangan lawan. Dalam sebuah permainan kartu, “argumen” ini berarti kartu yang dimainkan masing-masing pemain dan strategi di baliknya. Lalu dalam turnamen esports, argumen tersebut berarti strategi dan kemampuan bermain masing-masing tim dan pemain ketika bertanding.

Sebuah fight scene dengan technical narrative yang bagus mampu memperlihatkan pertukaran “argumen” ini dengan baik. Misal ketika satu karakter berhasil mendaratkan serangan secara efektif, lawannya akan berusaha untuk mencari taktik untuk melawan balik, begitu seterusnya sampai salah satu karakter tidak bisa menjawab. Jika dibawa ke konteks esports, ini berarti pertukaran strategi dan eksekusi dari kedua tim/pemain.

Sayangnya dalam esports, technical narrative ini hanya bisa dipahami oleh mereka yang memainkan game tersebut. Sementara mereka yang asing dengan game tersebut akan kesulitan untuk benar-benar memahami kualitas dari technical narrative tiap pertandingan. Ini bisa diperbaiki dengan membuat shoutcaster menurunkan level penjelasan dan analisa mereka agar lebih noob-friendly. Namun ini tidak selamanya efektif terutama untuk genre yang rumit seperti MOBA.

Elemen kedua adalah emotional narrative, dan inilah satu hal kadang terlewatkan dalam beberapa fight scene. Ini jugalah yang saya rasa tidak ada di beberapa turnamen esports, termasuk di Indonesia.

kenapa-storyline-penting-esports-pie

Dalam sebuah pertarungan, technical narrative adalah “argumen” dari kedua petarung, entah itu serangan, taktik, dan segala sesuatu yang terjadi di arena pertarungan. Sementara emotional narrative adalah semua hal yang terjadi di luar arena. Siapa kedua karakter tersebut, mengapa mereka ada di sini dan bertarung, apa motivasi mereka, dan apa konsekuensi kemenangan dan kekalahan bagi masing-masing karakter.

Dalam esports, emotional narrative inilah yang bisa menarik perhatian penikmat esports yang awam. Ini jugalah yang membuat saya yang tidak punya pengalaman bermain League of Legends selalu tertarik menyaksikan turnamen besar seperti Worlds dan sangat terkesan dengan foto Rekkles di atas.

Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, Rekkles adalah salah satu veteran dengan sejarah panjang dengan kaliber juara. Hingga hari ini, ia terus bermain untuk memperoleh gelar internasional untuk membuktikan kemampuannya. World Championship 2017 adalah salah satu ajang pembuktian tersebut, tapi tahun itu ia bermain dengan sejumlah pemain yang bisa disebut sebagai rookie.

Ia bermain bukan hanya untuk mendapatkan hadiah. Ia ingin membuktikan bahwa kerja kerasnya selama enam tahun bisa membuahkan hasil dan mengantarkannya ke puncak. Karena selama enam tahun tersebut ia jelas sudah mengorbankan banyak hal.

Kumpulan Storyline dalam Satu Tempat

kenapa-storyline-penting-esports-pertandingan

Cerita Rekkles di atas adalah satu dari beberapa storyline yang ada di World Championship 2017. Masih ada beberapa storyline menarik di turnamen tersebut, karena pada dasarnya itulah daya tarik sebuah turnamen: pemain dengan motivasi, background, dan gagasan yang berbeda dipertemukan di tempat yang sama untuk membuktikan diri.

Singkatnya, turnamen adalah sebuah pertemuan dari berbagai emotional dan technical narrative. Semakin bagus keduanya dalam sebuah turnamen, semakin berkesan juga turnamen tersebut.

Itulah alasan kenapa The International 2018 dianggap sebagai turnamen The International terbaik hingga saat ini dan kenapa perjalanan OG di turnamen tersebut sangat berkesan. Sebuah tim yang nyaris hancur karena “dikhianati” kaptennya di saat genting. Mereka harus membangun roster dari pool pemain yang terbatas, dan berjuang ke The International 2018 dari titik paling awal.

Dengan roster yang relatif baru dan belum terbukti menghadapi tim besar, banyak yang menganggap mereka tidak akan bisa keluar sebagai juara. Namun pada akhirnya mereka berhasil, dan di tengah perjuangan tersebut mereka juga bertemu dan mengalahkan tim mantan pemain yang “mengkhianati” mereka. Semua game yang mereka mainkan juga spektakuler. Beberapa kali mereka berhasil memperoleh kemenangan dari posisi sangat tertinggal, bahkan dengan lineup yang dianggap sangat buruk.

kenapa-storyline-penting-esports-bdn

Baik secara technical dan emotional, OG memperlihatkan bahwa prinsip dan strategi yang mereka yakini sejak lama terbukti bisa menuai sukses.

Inilah yang saya rasa kurang ditekankan di beberapa turnamen esports. Beberapa turnamen hanya bisa memperlihatkan sisi teknis dari turnamen tersebut. Namun di luar dari itu, tiap pertandingan tidak punya arti apa-apa selain “yang menang dapat hadiah yang lebih besar”, dan saya rasa semua tim/pemain membawa narasi yang sama sehingga sama sekali tidak unik.

Zinedine Zidane disorot di Piala Dunia 2006 bukan hanya karena ia ingin juara layaknya pemain lain di turnamen tersebut. Ia akan pensiun sehingga 2006 adalah kesempatan terakhirnya untuk sekali lagi mengangkat Piala Dunia. Arteezy selalu mendapat sorotan lebih di The International bukan hanya karena ia ingin juara. Ia adalah pemain berbakat tapi tidak pernah menjuarai turnamen besar, termasuk The International.

Memanusiakan Manusia

Membuat sebuah turnamen memiliki sisi emosional yang kuat jelas tidak mudah dan memerlukan keterlibatan semua entitas di dalamnya. Namun pada akhirnya semua jatuh pada kalimat “memanusiakan manusia”.

Salah satu alasan kenapa Rekkles sangat sering disorot dan punya storyline yang menarik bukan hanya karena ia adalah pemain yang berbakat. Ia adalah manusia biasa yang bermain game akibat cedera kaki yang membuatnya tidak bisa bermain bola. Ia sejak awal memang berbakat, tapi seiring waktu ia juga tumbuh sebagai manusia, baik secara kepribadian maupun mentalitas. Tahun ini saja, ia rela mencadangkan diri di turnamen karena ia yakin rekan setimnya bisa menjalankan perannya lebih baik di meta-game yang ada saat itu. Ia adalah pemain bintang, tapi ia tahu apa yang terbaik untuk timnya.

Semua hal terkait Rekkles tentu tidak terungkap begitu saja. Banyak wawancara yang mengungkap Rekkles tidak hanya sebagai pemain tapi juga sebagai individu. Dari wawancara yang muncul secara berkala, kita bisa tahu seperti apa ia sebenarnya. Dari situlah storyline Rekkles mulai terbentuk.

Sisi emotional narrative dari konfrontasi dalam sebuah cerita tidak terjadi begitu saja. Ada build-up yang harus dibuat sebelum dua karakter bertemu dan menyelesaikan konflik mereka. Begitu juga dengan esports. Kita harus mengenal pemain yang bertanding sebelum kita bisa merasakan emotional narrative yang ada saat mereka bertanding. Jika tidak, kita hanya akan mengenal pemain tersebut karena “dia jago” dan tidak lebih dari itu.

Semua komponen storyline kadang tersebar di berbagai sumber dan medium. Beberapa penonton mungkin melewatkan beberapa potongan cerita. Untuk menutupi itu, pihak turnamen bisa membantu untuk menceritakannya dalam turnamen.

Dalam turnamen esports internasional, kamu akan sering melihat para panelist tidak hanya menjelaskan hal-hal teknis seperti draft, strategi, dan gameplay. Mereka juga membahas hal-hal emosional, mulai dari seberapa penting pertandingan atau turnamen tersebut bagi masing-masing pemain, hubungan antara pemain dari kedua tim secara emosional, perkembangan pemain tertentu sepanjang musim, dan masih banyak lagi.

Dengan kata lain, mereka juga menjelaskan emotional narrative. Mereka menekankan bahwa pertandingan berikutnya penting bukan hanya untuk menentukan siapa yang menang dan kalah, tapi lebih dari itu.

Penjelasan ini juga tidak hanya dibatasi di meja panel. Beberapa turnamen seperti The International selalu punya konten yang menyorot beberapa pemain dari sisi yang berbeda. Jika kita kembali membahas OG misalnya, alasan mengapa matchup OG dan EG semakin menarik adalah karena jawaban N0tail atas pertanyaan tentang sahabatnya yang meninggalkan OG di saat penting.

Dari situ, penonton yang kurang tahu langsung sadar, bahwa perpisahan mereka berdua sepertinya tidak dilakukan secara baik-baik. Dari situ, pertemuan antara OG dan EG makin diantisipasi.

Hal ini jarang saya temui di turnamen Indonesia, dan jadi salah satu alasan mengapa saya lebih tertarik menyimak turnamen luar ketimbang turnamen lokal. Tidak banyak hal yang menarik yang terjadi antara kedua tim/pemain selain pertandingan yang berlangsung. Kalaupun ada, saya tidak mengetahuinya sama sekali karena memang tidak diceritakan.

Ini jelas bukan salah satu pihak saja. Pada akhirnya kami sebagai media juga perlu memperbaiki diri dan lebih rajin menggali sisi lain dari pemain esports di Indonesia selain drama receh yang jujur saja kebanyakan tidak penting. Namun mengembangkan sebuah cerita yang sudah terlanjur berjalan bukanlah hal yang mudah. Tidak mustahil, tapi perlu waktu yang tidak sedikit dan partisipasi dari semua pelaku yang terlibat.

Baca juga: Taunting dalam game, salahkah?

Artikel Terkait

Tags:
Serba-Serbi Esports