Pemain Starcraft legendaris Lee Jae Dong, atau lebih dikenal dengan nama Jaedong, memutuskan untuk berhenti bermain alias pensiun. Kabar ini tentu cukup menyedihkan bagi komunitas Starcraft dan juga esports, karena selain punya segudang prestasi, Jaedong adalah salah satu pemain yang berhasil membawa Starcraft: Brood War ke level yang berbeda. Selain itu, kisah perjuangannya selama 11 tahun sebagai pemain profesional juga merupakan sesuatu yang patut dikagumi.
Jaedong memulai karirnya sebagai pemain profesional Starcraft: Brood War di tahun 2005 bersama tim Plus yang kemudian berubah nama menjadi Lecaf Oz di tahun 2006. Karirnya kemudian melejit di tahun 2007 sejak menggunakan mutalisk-micro, trik mengirimkan dua (atau lebih) kelompok mutalisk yang ditumpuk sangat berdekatan untuk menghancurkan markas musuh sedikit demi sedikit.
Mengendalikan dua kelompok penyerang secara terpisah untuk menghancurkan markas lawan dengan manuver hit and run berkali-kali dalam waktu bersamaan bukanlah hal yang mudah. Saking sulitnya, meskipun revolusioner dan membuka level permainan yang berbeda, trik ini seolah ada untuk digunakan oleh Jaedong sendiri.
Berkat mutalisk-micro yang sempurna dan gaya bermainnya yang tanpa ampun menghabisi sumber daya lawan satu per satu, Jaedong mendapatkan satu julukan yang layak untuknya: “Tyrant”. Gaya bermain ini jugalah yang membuatnya memperoleh banyak gelar juara dan juga penghargaan, menjadikannya pemain dengan prestasi dan pendapatan terbanyak sepanjang sejarah Starcraft: Brood War.
Memasuki era Starcraft II di tahun 2012, dominasi Jaedong mulai menurun meskipun direkrut oleh tim besar, Evil Geniuses. Mekanik game yang berbeda serta fase transisi yang tidak sempurna membuat banyak pemain Brood War veteran termasuk Jaedong kesulitan beradaptasi. Namun tidak seperti beberapa pemain yang memutuskan untuk berhenti, Jaedong terus bermain.
Seiring waktu ia bisa bermain dengan baik. Namun, musuh utama Jaedong kali ini bukanlah pemain lain, tapi dirinya sendiri di masa lalu yang penuh dengan prestasi dan performa dominan.
Sepanjang tahun 2013, ia berkali-kali nyaris menjuarai turnamen yang diikuti, tapi selalu harus puas di posisi kedua atau semifinalis. Barulah di akhir tahun 2013 ia meraih gelar pertamanya dengan menjuarai ASUS ROG Northcon, mengalahkan Scarlett.
Sayangnya, prestasinya itu cuma satu dari sangat sedikit gelar juara yang ia peroleh di era Starcraft II. Seiring waktu, dengan berkurangnya basis pemain dan surutnya ranah esports Starcraft II, Jaedong kehilangan motivasi untuk terus bermain dan berkompetisi.
Semenjak tahun 2015, karirnya sebagai pemain mulai merosot. Ia jarang mengikuti turnamen dan minim prestasi. Akhirnya tahun 2016 ia kembali ke Korea mencoba mengikuti sirkuit kompetitif di sana, dengan niat mengakhiri karirnya di tempat yang sama ia memulai.
Kalau kamu ingin menyimak kisah perjalanan Jaedong secara lengkap, kamu bisa membaca artikel dari Team Liquid berikut.
Gambar utama diambil dari akun Flickr Dreamhack.