China Supermajor akhirnya berakhir. Setelah sembilan hari, Team Liquid akhirnya menjadi juara di turnamen Major sekaligus turnamen Dota 2 Pro Circuit terakhir di musim ini setelah mengalahkan Virtus.Pro di babak final.
Sebelum menantang Team Liquid, Virtus.Pro harus menghadapi PSG.LGD terlebih dahulu. Pada game pertama, Virtus.Pro mencoba menggunakan Terrorblade sebagai hard carry. Sayangnya ide mereka tidak begitu berjalan dengan baik, sementara Shadow Fiend dari PSG.LGD mendapatkan farm dan level yang membuatnya menjadi carry yang menyapu bersih Virtus.Pro.
Game kedua berlangsung sengit. PSG.LGD unggul sepanjang mayoritas early dan mid game dan harusnya bisa mengambil barracks. Namun mereka lebih memilih untuk melakukan dive ke dalam markas Virtus.Pro dan berujung malapetaka. Performa gemilang Rodjer dengan Skywrath Mage juga berkali-kali menyelamatkan Virtus.Pro dari kekalahan sampai akhirnya mereka membalikkan keadaan dan memenangkan game kedua.
Memasuki game ketiga Virtus.Pro memutuskan untuk bermain lebih serius. Dengan lineup dan gaya bermain yang sangat agresif, PSG.LGD yang mengandalkan Invoker dan Phantom Lancer sebagai dua core tidak mendapatkan ruang untuk farming. Perlahan Virtus.Pro menjarah satu per satu lane PSG.LGD sebelum akhirnya memenangkan pertandingan dan maju ke babak final menantang Team Liquid.
Rasanya tidak ada ending yang lebih layak untuk final di turnamen terakhir Dota 2 Pro Circuit 2018 dengan pertandingan antara dua tim terbaik. Ini juga terlihat di kualitas pertandingan yang terjadi, di mana kedua tim bermain sampai game terakhir.
Pada game pertama Virtus.Pro memutuskan untuk mencoba Invoker dan Juggernaut sebagai dua core utama mereka. Sepanjang early game, Virtus.Pro bisa mendapatkan beberapa kill Sun Strike dan mendapatkan momentum yang signifikan. Sayangnya beberapa team fight membuat momentum tersebut hilang dan Team Liquid berbalik unggul. Virtus.Pro masih mampu memberikan perlawanan, tapi kelemahan lineup mereka tidak bisa ditutupi dan mereka harus mengaku kalah di game pertama.
Virtus.Pro mencoba membalas dengan lineup yang fokus pada skirmish memanfaatkan damage amplifier dari Bloodseeker. Sepanjang permainan, Virtus.Pro selalu berhasil mengambil satu atau dua kill dengan cepat sebelum melakukan team fight berkat burst damage yang mereka miliki ditambah debuff dari Bloodrage. Team Liquid mengaku kalah di game kedua hanya dalam waktu 36 menit.
Memasuki game ketiga, Team Liquid sekali lagi unggul dalam segi draft dengan last pick Drow Ranger. Eksekusi yang sempurna pada fase laning juga membuat lineup mereka bisa snowball dengan cukup mudah dan tidak bisa dihentikan oleh Virtus.Pro. Team Liquid merebut game ketiga setelah 28 menit.
Game keempat gantian Virtus.Pro yang bermain sangat cepat. Berbagai rotasi dari Chen dan Pangolier dari Virtus.Pro sama sekali tidak memberikan ruang bagi Miracle- yang menggunakan Tinker untuk berkembang. Dengan semua hero penting yang tertinggal jauh, Team Liquid tidak bisa apa-apa selain menyerahkan game keempat ke Virtus.Pro hanya dalam waktu 23 menit.
Game kelima berlangsung cukup imbang, tapi Virtus.Pro memegang jaminan late game dengan Medusa yang mendapatkan cukup banyak farm. Team Liquid kemudian melakukan gank ke hutan Virtus.Pro dan membunuh Medusa. Dari situ Team Liquid balik unggul dan menekan Virtus.Pro. Kesulitan melakukan farm, gerakan Virtus.Pro menjadi mudah ditebak. Satu team fight di lane bawah akhirnya mengamankan keunggulan mereka dan seiring waktu memenangkan game terakhir.
Ini merupakan gelar Major pertama yang diraih Team Liquid di musim ini setelah berkali-kali kandas di babak final atau empat besar. Ini mengangkat posisi mereka di posisi Pro Circuit ke peringkat kedua, tapi yang paling penting memberikan mereka momentum positif menyambut The International 2018.