Seiring waktu, kondisi yang tidak menentu di ranah esports Dota 2 membuat tim profesional mulai mempertimbangkan kembali posisi mereka bahkan sampai menarik diri. Tanggal 1 September lalu, tim Asia Tenggara Reality Rift mengumumkan pembubaran roster Dota 2 mereka.
Dalam pengumuman resminya, CEO Ilya Vaslov mengatakan bahwa setengah dari alasan di balik keputusan ini ada di pandemi Covid-19. Dari segi tim, pandemi membuat para pemain terjebak di team house selama setengah tahun. Meskipun sebagai tim mereka memang menghabiskan banyak waktu di team house, tapi terjebak di tempat yang sama selama enam bulan tentu tidak sehat. Belum lagi anggota di balik layar seperti manajer tim tidak bisa mendampingi, dan selama enam bulan tersebut mereka tidak pernah bertanding di turnamen offline.
Pandemi juga membuat siklus finansial Reality Rift berantakan. Awalnya, tim ini berencana melakukan monetisasi melalui net cafe bernama Reality Rift Arena. Sayangya pandemi membuat mereka harus menutup lokasi tersebut selama empat bulan dan hanya bisa beroperasi 25 persen dari potensi maksimal. Akibatnya, budget harus dipangkas, terutama dari segala sesuatu yang tidak memberikan return.
Terakhir, sang CEO juga mengkritisi minimnya upaya Valve dalam mengayomi scene esports Dota 2. Ia mengklaim bahwa tidak adanya liga atau musim kompetitif resmi yang berjalan membuat pemain akan kehilangan motivasi untuk bermain. Selain itu, ia juga mengkritisi distribusi hadiah untuk turnamen Dota 2 yang hingga 90 persen jatuh ke 16 tim terbaik di dunia. Ia menganggap sistem tersebut membuat tim dan pemain baru dengan sumber yang terbatas akan kesulitan bertahan hidup karena mereka tidak bisa menarik perhatian sponsor.
Scene esports Dota 2 sendiri saat ini memang sedang dalam tanda tanya besar. Sejak The International 10 ditunda hingga waktu yang belum ditentukan, pemain profesional harus bergantung pada turnamen online yang diadakan oleh penyelenggara pihak ketiga. Beberapa tim Eropa seperti OG bahkan mau repot-repot membuat liga sendiri yaitu OMEGA League untuk memfasilitasi tim-tim yang ada saat ini.
Sayangnya dalam semua proses tersebut, Valve sama sekali tidak campur tangan, dan satu-satunya pernyataan yang mereka lontarkan belum lama ini adalah bahwa mereka belum bisa menentukan kapan The International 10 akan diadakan. Tidak ada keterangan mengenai liga atau musim kompetitif berikutnya yang dijanjikan akan menggunakan format regional league.
Bagaimana menurutmu? Apakah akan ada tim lain yang menyusul Reality Rift dan mundur dari Dota 2 sampai Valve mau memberikan kejelasan di scene sports mereka?