Membeli Akun untuk Bergabung dengan Tim Profesional Itu Salah?
article-banner
Membeli Akun untuk Bergabung dengan Tim Profesional Itu Salah?
Auday
Nov 25,2016
share
like

Setiap pemain Dota 2 di seluruh dunia tentu ingin menjadi pro seperti Danil “Dendi” Ishutin atau Artour “Arteezy” Babaev; beraksi di atas panggung kompetisi premium yang ditonton oleh jutaan orang, memiliki ribuan penggemar, dan menghasilkan uang hanya dari melakukan hal yang disukainya, yaitu bermain Dota 2.

Dalam kata lain, setiap orang yang bermain game kompetitif pasti di dalam lubuk hatinya, ingin sekali memasuki ranah profesional. Namun, bukanlah hal mudah bagi seorang pemain untuk membuka gerbang menuju dunia pro gaming. Banyak faktor yang perlu diperhatikan, seperti kemampuan, konsistensi, dan apakah ada tim yang bersedia menampung atau tidak.

Masalahnya, masing-masing tim pasti punya ekspektasi, mulai dari ingin dan bisa bermain di level setinggi apa, dan ingin punya pencapaian seperti apa. Akhirnya, kamu yang ingin sekali bergabung dengan sebuah tim seringkali terhalang dengan sebuah persyaratan, yang menurut saya sebaiknya bukan jadi prioritas, yaitu matchmaking rating (MMR).

membeli-akun-untuk-bergabung-dengan-tim-profesional-miracle

Saya cukup sering berlalu lalang di beberapa grup media sosial Dota 2 dan kerap menemukan perekrutan tim yang mengharuskan calon anggotanya berada di sebuah rating tertentu. Tidak ada yang salah kok, justru bagus kalau komunitas Dota 2 di Indonesia aktif membentuk tim-tim amatir.

Namun, kalau batasan untuk bergabung ke dalam sebuah tim profesional adalah MMR, ditakutkan yang akan terjadi adalah maraknya pemain yang membeli akun Dota 2 yang sudah memiliki nilai MMR tinggi. Well, fenomena ini sebenarnya sudah sering terjadi. Pertanyaannya, apakah tindakan membeli akun ini salah?

Tergantung dari bagaimana kamu memandangnya. Kalau secara hitam di atas putih menurut peraturan dari Valve, jual beli akun adalah hal yang salah. Pada sebuah halaman Steam Subscriber Agreement di Steam Store, kamu bisa membaca sebuah paragraf yang bertuliskan seperti ini:

“Your Account, including any information pertaining to it (e.g.: contact information, billing information, Account history and Subscriptions, etc.), is strictly personal. You may therefore not sell or charge others for the right to use your Account, or otherwise transfer your Account, nor may you sell, charge others for the right to use, or transfer any Subscriptions other than if and as expressly permitted by this Agreement (including any Subscription Terms or Rules of Use) or as otherwise specifically permitted by Valve.”

Penggalan kalimat yang saya garis bawahi itu menyebutkan kalau menjual akun atau bahkan memungut bayaran orang yang menggunakan akun orang lain adalah tindakan ilegal. Jika melanggar, biasanya Steam akan melakukan ban terhadap akun tersebut dan tentu saja membekukan aset serta game yang ada di dalamnya.

Secara tertulis, jual beli akun (dalam hal ini akun Dota 2) adalah hal yang salah. Namun, bagaimana “tren” jual beli akun esports ini jika dilihat dari sudut pandang kondisi esports Indonesia?

Nah untuk mempermudahkanmu mencerna kasus ini, kamu bisa mengintip dua post yang dibagikan oleh halaman resmi Facebook PondokGaming pada tanggal 23 November 2016 lalu.

membeli-akun-untuk-bergabung-dengan-tim-profesional-screenshot-pondok-gaming-1

Melalui post tersebut, eks-pemain Majapahit Esports, Rivaldi “R7” Fatah, mengungkapkan permohonan maafnya karena telah melakukan pembelian akun dengan MMR 6.400, sementara akun lamanya berada di MMR 5.800. Kemudian ia menggunakan joki untuk bisa sampai ke 6.700, dan setelah mempurnakan joki tersebut, MMR R7 turun kembali ke 6.200.

Dalam pembelaannya, R7 melakukan pembelian akun ini dengan alasan kalau ia harus fokus ke studinya, dan tentu saja secara langsung mengurangi waktu bermain Dota 2 atau menaikkan MMR miliknya. Jadi, ia mengambil “jalan pintas” untuk membeli sebuah akun Dota 2 yang sudah memiliki nilai MMR tinggi.

Setelah ditanya langsung, ia mengaku melakukan ini hanya untuk mencapai target pribadinya, yaitu punya Solo MMR 7.000 dalam kurun waktu yang sudah ia tentukan. Tidak ada niat untuk menggunakannya sebagai “alat” untuk menjadi anggota tim profesional.

Kemudian di post selanjutnya, PondokGaming kembali mengunggah sebuah screenshot hasil pertandingan MMR dari R7 yang memperlihatkan bahwa dirinya sudah kembali berada di 6.900. Jadi, apakah yang R7 lakukan ini salah?

membeli-akun-untuk-bergabung-dengan-tim-profesional-screenshot-pondok-gaming-2

Secara aturan, salah. Akun baru R7 bisa diblok oleh Valve jika ketahuan. Namun dari segi esports, saya pribadi tidak menyalahkan R7, apa yang ia lakukan bagi saya sah-sah saja selama bisa membayar konsekuensi dan memenuhi tanggung jawabnya di sebuah tim profesional nanti.

Toh pada kenyataannya, tinggi rendahnya MMR seorang pemain dalam tim tidak menjamin kesuksesan dirinya. Kita lihat contoh mudahnya Team Liquid yang di dalamnya terdapat dua pemain dengan MMR lebih tinggi dari 9.000, yaitu Lasse “MATUMBAMAN” Urpalainen dan Amer “Miracle-” Al-Barkawi.

Roster yang dibentuk setelah TI6 itu ternyata tidak membuahkan hasil yang bagus bagi Team Liquid. Mereka tidak lolos kualifikasi Boston Major, dan juga gagal mengikuti main event ESL One Genting 2017. Bisa dibilang, tidak ada prestasi yang ditorehkan oleh formasi Team Liquid saat ini.

membeli-akun-untuk-bergabung-dengan-tim-profesional-team-liquid

Kembali ke permasalahan R7, saya pribadi tidak memedulikan keabsahan R7 yang nantinya “lolos” ke dalam tim berkat MMR yang sebenarnya ia beli, atau berapa MMR dia sebenarnya (5.000 atau 6.900). Hal yang menjadi sorotan utama seharusnya adalah apakah R7 ini nantinya bisa memberikan performa terbaiknya di dalam tim tersebut.

Memangnya, apa sih arti dari sebuah Solo MMR? Salah satu penulis kami, Kaoru mengutarakan pendapatnya di sini.

Toh kalau tidak bisa memberikan performa yang baik, pemain dengan MMR tinggi sekalipun pada akhirnya akan dilepas juga. Bermain di dalam sebuah tim profesional tidaklah serta-merta hanya melihat dari MMR semata, melainkan kekompakannya.

Apa yang Perlu Dilakukan?

Kini, kamu tahu melakukan jual beli akun Dota 2 (Steam) adalah hal yang ilegal dan berisiko pemblokiran terhadap akun tersebut. Namun, semuanya kembali ke masing-masing individu mengenai apa yang ingin dicapai dari membeli sebuah akun dengan MMR tinggi.

Jika tujuanmu hanyalah untuk menyombongkan diri, well, mohon maaf harus mengatakan kalau itu adalah tindakan bodoh dan kamu telah mengeluarkan uang secara percuma tanpa ada manfaatnya. Apa yang kamu dapatkan selain pujian kosong dan kebanggaan semu?

membeli-akun-untuk-bergabung-dengan-tim-profesional-eternalenvy

Apabila kamu membeli sebuah akun dengan alasan menembus barrier syarat masuk ke sebuah tim profesional, ya saya pribadi tidak melarang meskipun bukanlah hal yang etis secara moral.

Karena mau bagaimanapun juga, jika nantinya kamu ternyata cocok di dalam tim tersebut, ya memang di situlah tempatmu berada. Sekali lagi, MMR bukanlah penentu kesuksesan sebuah tim (ingat Team Liquid). Namun, jika kamu telah membeli akun, masuk ke sebuah tim profesional, dan bermain dengan buruk, pada akhirnya kamu akan dilepas oleh tim tersebut.

Bagi kapten tim, baik yang masih amatir maupun profesional, saya menyarankan untuk tidak membuat MMR sebagai patokan mutlak bergabung. Para pencari talenta masih bisa melihat dari replay orang tersebut bermain, atau bahkan langsung melakukan uji coba, meskipun nilai MMR tidak sesuai dengan syarat minimum yang dibutuhkan.

Artikel Terkait

Tags:
Serba-Serbi Esports