Atlet Esports saat ini memang dikagumi banyak orang, terutama di tanah air. Melihat seorang atlet esports yang menghabiskan banyak waktunya untuk latihan bermain game, berkompetisi dalam berbagai macam turnamen, serta mendapatkan beberapa fasilitas dari sponsor membuat atlet esports menjadi mimpi bagi banyak orang yang tentu memiliki hobi bermain game.
Akan tetapi, di balik itu semua, tahukah kamu bahwa atlet esports bisa saja mengalami cedera? Sebagian orang tentu bertanya, bagaimana bisa atlet esport cedera? Bukankah mereka hanya duduk dan bermain dalam arti tidak melakukan aktivitas fisik berat yang bisa menyebabkan cedera? Memang, mereka tidak banyak bergerak. Namun pada kenyataannya, atlet esports bisa saja mengalami cedera layaknya atlet lain pada umumnya. Lantas, cedera apakah yang umumnya diderita oleh atlet esports?
1. Spontaneous Pneumothorax/A Collapsed Lung (Paru-Paru Bocor)
Spontaneous Pneumothorax / A Collapsed Lung adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja secara tiba-tiba, bahkan pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit ini. Menurut informasi yang kami temui, collapsed lung disebabkan oleh kebiasaan bernafas yang kurang baik.
Kecenderungan seperti itu memang lumrah dialami oleh manusia saat sedang dalam tekanan, yang memang tidak lepas dari para atlet esports. Tuntutan-tuntutan profesional seperti menjadi juara dalam turnamen tertentu serta memacu dirinya bermain dengan semakin baik tentu bisa jadi tekanan bagi tiap atlet esports.
Ketika terkena penyakit ini, awalnya seorang atlet esport akan mengalami sakit yang tajam di daerah dada atau bahu serta mengalami sesak napas yang ekstrem. Hal ini terjadi karena lepasnya udara yang dihirup oleh paru-paru. Lalu udara yang lepas tersebut mengisi ruang di sekitarnya serta memberi tekanan pada paru-paru dan mencegahnya berkembang seperti seharusnya.
Atlet esports yang sempat terkena penyakit ini adalah Lukas “gla1ve” Rossander yang merupakan CSGO Copenhagen Wolves 2016 lalu. Gla1ve menyadari jika dirinya sudah terkena collapsed lung tapi tetap bermain di turnamen Assembly Winter di Finlandia sebelum akhirnya dirinya dibawa ke sebuah rumah sakit di Finlandia untuk menjalani operasi sesaat setelah pertandingan selesai untuk memulihkan kondisinya.
Selain itu, dari cabang esport League of Legends, ada Hai Du Lam, midlaner yang dulunya sempat bermain di team Cloud9 juga pernah mengidap penyakit ini hingga terpaksa harus meninggalkan turnamen di Paris tahun 2014 lalu.
2. Carpal Tunnel Syndrome
Carpal Tunnel Syndrome adalah rasa sakit, kesemutan, dan masalah lain pada tangan akibat tekanan pada saraf median pergelangan tangan.
Penyebab sindrom ini adalah tekanan pada saraf median karena adanya pembengkakan atau penyempitan carpal tunnel akibat gerakan tangan yang sama dilakukan berulang kali, terutama jika pergelangan tanganmu tertekuk. Artinya, posisi tangan lebih rendah dari pergelangan tangan. Aktivitas latihan atlet yang cukup tinggi di depan komputer, membuat seorang atlet esports rentan terkena penyakit ini. Untuk itu, posisi tangan saat bermain harus diperhatikan ya!
Atlet esports dunia yang pernah mengalami carpal tunnel syndrome adalah Ladislav “GuardiaN” Kovács dari tim CS:GO Na’Vi dan Olof “olofmeister” Kajbjer dari tim CS:GO Fnatic, dan kabarnya membuat mereka underperform dalam turnamen The Major 2016 lalu. Akibatnya, olofmeister and GuardiaN tidak dapat mengikuti turnamen selanjutnya yaitu DreamHack Masters Malmö 2016. Tentu hal tersebut mengganggu permainan dan persiapan kedua tim di turnamen tersebut.
Selain itu, atlet esports Indonesia yang pernah mengalami cedera ini adalah atlet esports League of Legends Indonesia dari EVOS Esport yakni Kenny “Chupper” Marcellino. Yap, saat hendak bertanding di babak penyisihan LIC 2017, Chupper merasakan sakit dan kesemutan di pergelangan tangannya. Hal itu sangat mengganggu Chupper dalam latihannya, hingga dirinya harus beberapa kali menjalani perawatan medis untuk menyembuhkannya. Beruntung, Chupper dapat memaksimalkan performanya hingga berhasil membawa Fortius Gaming yang ia bela saat itu menjadi juara LIC 2017 dan LGS Spring 2017.
Baca juga: Panduan Ergonomik Bermain Game PC yang Ideal untuk Mencegah Cedera
3. Tennis Elbow
Tennis elbow adalah rasa sakit yang muncul pada siku bagian luar. Rasa sakit ini cenderung terjadi pada tempat di mana tendon dari otot-otot lengan bawah melekat ke tulang yang menonjol di bagian luar siku. Tendon adalah jaringan ikat yang melekatkan otot ke tulang. Tennis elbow umumnya terjadi akibat penggunaan siku secara berlebih. Hal ini akan menyebabkan otot-otot siku mengalami penegangan berlebihan sehingga terjadi robekan serta peradangan.
Tennis elbow pernah diderita oleh Clinton “Fear” Loomis dari tim Dota 2 Evil Geniuses. Hingga menjelang The International 4 (TI4) pada tahun 2014 lalu, Fear fokus untuk terus melakukan rehab cedera dan mencari pemain penggantinya untuk bermain di TI4.
4. Eye Strain / Mata Lelah
Eye strain atau mata lelah terjadi ketika mata terlalu dipaksakan untuk memandang hanya ke satu arah dalam waktu lama. Tempat yang paling umum memicu eye strain adalah di depan layar komputer. Seorang atlet esports profesional tentu menghabiskan waktu delapan hingga 15 jam sehari untuk latihan di depan komputer. Jadi tidak heran mereka rentan terkena cedera ini.
Meskipun terlihat sepele, jika terlalu lama dibiarkan, eye strain bisa menyebabkan rusaknya syaraf optik mata dan dapat berujung pada kebutaan. Untuk mencegah hal itu, gamer profesional dianjurkan untuk melihat objek lain yang berjarak 20 kaki (6 meter), selama 20 detik setelah melihat layar selama 20 menit.
Baca juga: 5 Tips untuk Menjaga Kesehatanmu di Tengah Hobi Bermain Game
Dari daftar di atas, kamu tentu tahu bahwa atlet esports juga perlu menjaga kesehatan seperti atlet-atlet lain pada umumnya.