Sejak pertama kali diperkenalkan di tahun 2013 lalu, Matchmaking Rating atau biasa disingkat MMR, terutama Solo MMR, sering muncul di banyak perbincangan terkait Dota 2, baik secara kasual maupun kompetitif ataupun esports.
Ada yang mengkritik (atau lebih tepatnya mengejek) komentator atau caster sebuah pertandingan sebagai pemain MMR 1k (1.000) karena tidak memahami beberapa mekanik, lalu di sisi lain banyak dari kita yang mengidolakan pemain seperti Artour “Arteezy” Babaev ataupun Amer “Miracle-” al-Barqawi salah satunya karena punya MMR super tinggi (9.000+).
Kalau dilihat secara sekilas, Solo MMR selalu diidentikkan dengan skill seseorang dalam bermain Dota 2. Namun pertanyaannya, apakah Solo MMR benar-benar mewakili skill seorang pemain? Apa sebenarnya arti dari angka yang tertera di akunmu ini, dan sejauh mana angka tersebut sebenarnya mencerminkan keahlianmu dalam bermain?
Pada Akhirnya, Solo MMR Memang Menunjukkan Skill
Untuk artikel kali ini, kita hanya akan membahas arti dari Solo MMR masing-masing pemain, dan menjawab pertanyaan kenapa kamu kesulitan menaikkan Solo MMR. Padahal kamu merasa kemampuanmu sudah berkembang dan memiliki lebih banyak pengalaman.
Kamu mungkin punya argumen seperti ada pemain yang cuma memainkan hero atau role tertentu ketika bermain Solo MMR, atau ada pemain yang ternyata menang atau mendapatkan tambahan MMR meskipun bermain dengan buruk (alias beruntung), dan sebagainya.
Meskipun akan sedikit disinggung di sini, namun faktor-faktor tersebut akan kita bahas secara mendalam di artikel lain.
Sesuai namanya, Solo MMR adalah barometer yang mengukur keahlianmu bermain dalam solo queue. Hal ini berarti bermain bersama empat orang asing yang (biasanya) tidak kamu kenal, menghadapi lima orang asing yang juga tidak kamu kenal. Dalam kondisi ini, kemampuanmu menggunakan hero yang kamu pilih untuk membantu timmu memenangkan pertandingan tentu diuji.
Apakah itu berarti Solo MMR hanya menghitung kemampuanmu untuk memenangkan pertandingan belaka? Tentu tidak. Agar bisa memenangkan pertandingan, kamu harus bisa bermain dengan baik, menguasai hero yang kamu pakai, mengerti matchup yang kamu hadapi, dan memahami aspek mekanik lainnya yang ada dalam game.
Semakin tinggi MMR seseorang, semakin tinggi pula kemampuan mereka memahami berbagai aspek dalam Dota 2. Kamu sendiri bisa melihat-lihat berbagai macam statistik di Dotabuff. Untuk urusan farm saja, para pemain di MMR 5.000 punya gold per minute yang lebih tinggi dibanding pemain di MMR 2.000 hampir untuk semua hero carry.
Itu baru gold per minute yang masih bisa terlihat dengan jelas. Untuk hal yang tidak terlihat seperti pengambilan posisi, pemilihan item, dan pengambilan keputusan, mereka yang berada di Solo MMR tertinggi tentu lebih baik dibanding yang lebih rendah.
Ukuran Skill yang Tidak 100 Persen Akurat
Oke, Solo MMR mencerminkan skill, namun apakah itu menjadi satu-satunya acuan untuk melihat kemampuan seorang pemain? Apakah kita pada akhirnya harus mengikuti jalur yang sama seperti Miracle-, punya Solo MMR yang tinggi agar bisa menjadi seorang profesional?
Jawabannya tentu saja tidak. Pertama, Solo MMR bukanlah penentu skill seorang pemain yang mutlak. Ada banyak alasan untuk itu. Pertama, meskipun MMR merupakan barometer terbaik yang ada saat ini, Solo MMR bukanlah penentu yang akurat, karena pada akhirnya Dota 2 adalah game berbasis tim.
Performa rekan setimmu dalam permainan merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil akhir permainan. Terkadang, entah alasan apapun, timmu tidak bisa bermain dengan baik atau sesuai dengan apa yang kamu harapkan di MMR yang kamu tempati saat itu.
Akibatnya, performamu juga secara tidak langsung terpengaruh, bahkan tidak jarang kamu akhirnya kalah meskipun sudah bermain sebaik mungkin.
Selain itu, masing-masing pemain punya sejumlah keahlian yang berbeda, bahkan ketika mereka punya Solo MMR yang sama. Misalnya, tiap kali bermain Solo MMR di Dota 2, saya selalu dengan senang hati menggunakan support, kecuali kalau memang terpaksa menggunakan core.
Pada akhirnya Solo MMR yang saya miliki sekarang diperoleh berkat keahlian saya bermain support. Kalau disuruh menggunakan carry, mungkin Solo MMR saya akan berbeda.
Hal yang sama juga berlaku untuk mereka yang hanya menggunakan hero tertentu untuk bermain Solo MMR, entah karena hero tersebut memang sangat kuat di meta-game saat ini, dan/atau sang pemain memang merasa nyaman menggunakan hero tersebut.
Namun, seperti yang saya sebutkan sebelumnya, kita akan membahas semua faktor eksternal di atas (tindakan rekan setim dan lawan) dan implikasinya ke Solo MMR tiap pemain di artikel lain.
Selain tidak memperlihatkan skill seorang pemain secara absolut, Solo MMR juga bukanlah indikator atau jalan pasti untuk menjadi pemain profesional. Memang, Solo MMR akan membantumu untuk masuk ke dalam tim, tapi kamu masih butuh keahlian lain ketika bermain bersama sebuah tim dalam turnamen, mulai dari komunikasi, meramu strategi, dan masih banyak lagi.
Jadi, punya Solo MMR 8.000 tidak menjaminmu bisa direkrut di tim profesional, atau membuat timmu menjadi tim paling kuat. Sebaliknya, pemain dengan Solo MMR 5.000 atau 6.000 bisa saja menjadi salah satu pemain tim Dota 2 terkuat di dunia.
Intinya, Solo MMR mencerminkan kemampuanmu bermain Dota 2 dalam situasi solo queue, tidak lebih dan tidak kurang. Itupun masih secara relatif, dengan banyaknya faktor yang membuatnya tidak bisa 100 persen akurat. Bagaimana kamu bisa mengukur keahlianmu yang sebenarnya, tergantung dari penilaianmu sendiri.
Ingin Menaikkan Solo MMR? Get Good, and Get Good Faster
Seperti yang dapat kamu baca di atas, Solo MMR adalah cerminan relatif atas kemampuan pemain dalam segi mekanik, pengambilan keputusan, dan masih banyak lagi. Jadi, kalau kamu ingin punya Solo MMR yang lebih tinggi, cukup tingkatkan kemampuanmu dalam bermain.
Kamu perlu bermain lebih banyak untuk meningkatkan kemampuanmu. Namun ingat, sekadar bermain saja tidak akan secara otomatis meningkatkan kemampuan dan juga Solo MMR. Kamu juga harus terus berkembang dan mempelajari sesuatu tiap setelah pertandingan.
Entah itu bisa menghadapi matchup tertentu dengan lebih baik, lebih akurat dalam penempatan Observer Wards, dan sebagainya. Sekadar bermain Slark sebanyak 10 kali berturut-turut tidak akan menjamin untuk membuatmu punya Solo MMR yang lebih tinggi.
Setiap selesai bermain, menang atau (terutama) kalah, coba lihat kembali, apa yang bisa kamu pelajari dari game tadi? Apakah ada sesuatu yang bisa kamu lakukan dengan lebih baik? Apakah kamu melakukan kesalahan yang bisa dihindari? Apakah ada sesuatu yang bisa kamu lakukan yang membuat timmu bisa lebih unggul?
Selalu lakukan evaluasi dan instrospeksi, dan cobalah bermain lebih baik dari hasil evaluasi tersebut. Lalu, bagaimana kalau kamu juga ternyata sudah mencoba belajar dan meningkatkan kemampuanmu, tapi tetap kesulitan menaikkan Solo MMR?
Jawabannya mudah saja. Ketika kamu sedang belajar dan berusaha menjadi pemain yang lebih baik, pemain lain juga melakukan hal yang sama. Bedanya, mungkin ada pemain yang belajar lebih banyak dan lebih cepat darimu, membuatnya lebih unggul dan akhirnya menang darimu dan menaikkan MMR.
Kecepatanmu menyerap ilmu juga menjadi salah satu faktor lain yang membuat Solo MMR menjadi barometer yang relatif dan tidak absolut. Kamu mungkin sudah berkembang, tapi kalah cepat. Misalnya mungkin kamu sibuk dengan kesibukan lain dan baru bisa menyentuh Dota 2 satu hingga dua jam sehari.
Solusinya mudah saja, belajarlah dengan cepat dan lebih banyak. Cara ini secara tidak langsung mengharuskanmu memainkan lebih banyak game, tentu saja sambil punya niat untuk belajar dan berkembang.
Ayo ambil akun saya sendiri sebagai contoh. Seperti yang kamu lihat pada gambar di atas, Solo MMR saya hanya 3.199, bisa dibilang biasa saja karena mayoritas pemain Dota 2 dunia memang berada di rentang ini.
Apakah saya bisa menaikkan Solo MMR saya dengan mudah? Bisa saja, toh saya cukup sering menyaksikan pertandingan turnamen besar, dan belajar cukup banyak dari pertandingan-pertandingan tersebut.
Namun belajar dan meningkatkan kemampuan dalam Dota 2 tidak cuma memerlukan pengetahuan dan teori, tapi juga praktek alias bermain. Apalagi sebagai pemain support saya sendiri tahu bahwa kelemahan saya adalah pengambilan keputusan dan pergerakan di minimap, terutama ketika masuk ke mid game.
Sayangnya, saya tidak punya cukup banyak waktu untuk bisa bermain tiap hari. Kalau kamu lihat di tabel recent matches di atas, kamu bisa lihat bahwa dalam dua minggu saya cukup jarang bermain. Pertandingan Solo MMR terakhir saya terjadi dua minggu lalu, dan setelahnya saya hanya bermain secara kasual dengan teman-teman tanpa tujuan belajar yang jelas.
Malam harinya, saya memutuskan untuk mencoba bermain Solo MMR, dan kalah. Pantaskah? Mungkin, karena bisa saja di tim musuh ada pemain yang ternyata memang lebih baik dan layak untuk mendapatkan +25MMR.
Apakah saya ingin menaikkan Solo MMR saya dengan serius? Tentu saja. Namun untuk itu, saya harus meluangkan waktu lebih untuk bermain dan menjadi pemain yang lebih baik.
Singkatnya, kalau kamu ingin meningkatkan Solo MMR, get good, and get good faster.
Sumber gambar utama: Dotamblr