Game multiplayer online bisa dijalankan dengan berbagai cara. Cara yang paling tradisional adalah mengumpulkan teman-teman di sebuah lobi untuk bermain bersama-sama, atau mencari server yang hendak dimasuki di daftar server yang disediakan di dalam game.
Metode ini terkadang dirasa tidak cocok dan valid bagi game-game yang memiliki ranking mode. Karena itulah para developer game mengembangkan metode matchmaking berdasarkan berbagai parameter. Dari situ munculah berbagai tipe matchmaking, mulai dari SBMM (skill based matchmaking), CBMM (connection based matchmaking), dan EBMM (engagement based matchmaking).
SBMM
SBMM adalah upaya matchmaking untuk memasangkan orang-orang dengan skill yang sama di satu tim, melawan orang-orang yang memiliki skill sama dengan mereka.
Walaupun terdengar indah, sejatinya SBMM memiliki berbagai kelemahan yang sulit sekali dipecahkan oleh sistem matchmaking manapun. Ambil contoh dalam sebuah tim ada satu orang yang memiliki rank teratas di sebuah game (contoh: Mythical Glory, Platinum, Radiant, Immortal, dan lain sebagainya). Sementara itu mereka juga memiliki pemain lain dengan rank paling rendah (Warrior, Bronze, Herald, Iron).
Kebanyakan dari sistem matchmaking akan menggunakan salah satu dari tiga logika yang mungkin terjadi. Pertama, sistem matchmaking akan mempertemukan mereka dengan musuh yang memiliki rank tertinggi, terendah, atau semua rank yang dimiliki oleh satu tim dijumlahkan dan diambil rata-ratanya.
Ketiga logika di atas masih harus digabungkan juga dengan parameter adanya pemain yang bermain sendirian, berdua, bertiga, atau malah berlima. Kenapa hal ini jadi penting? Karena faktor komunikasi juga menjadi salah satu parameter yang penting di dalam tim yang menjalani matchmaking. Lima orang rank tinggi yang tidak berkoordinasi dengan baik, bisa dikalahkan dengan mudah oleh lima orang rank menengah yang saling berkomunikasi dan memberitahukan kondisi mereka setiap saat.
Hal ini menjadikan SBMM biasanya memasangkan berbagai parameter lainnya. Seperti misalnya tim musuh juga harus memiliki pemain yang bermain bertiga, berdua, dan seterusnya. Kamu tidak bisa bergabung ke dalam match saat bermain berempat (menyisakan satu slot), dan lain sebagainya (dalam kasus Mobile Legends)
Biasanya selain parameter rank, SBMM juga melihat berbagai parameter lainnya. Mulai dari kill rate, headshot rate, assist, objective, dan lain sebagainya. Jadi mereka akan menilai parameter lain di luar rank pemainnya untuk mencegah para smurf (orang yang menggunakan ID atau karakter baru dengan rank yang lebih rendah ketimbang seharusnya) merajalela.
Sistem SBMM ini juga dibenci oleh para video game streamer yang biasanya mempertontonkan skill yang mereka miliki untuk mendapatkan uang. Mengapa begitu? Karena SBMM akan membuat mereka berusaha keras untuk memperlihatkan aksi-aksi yang memukau.
Dengan sistem SBMM otomatis musuh yang mereka hadapi adalah orang-orang yang memiliki skill yang setara dengan mereka. Hasilnya setiap match akan berjalan taktis dan penuh gerakan yang presisi. Sedangkan mereka harus selalu tampil mendominasi untuk memberikan pertunjukan yang menarik bagi para penonton kasual.
CBMM
Connection base matchmaking sedikit berkebalikan dengan SBMM. Sistem ini akan meletakan orang pada sebuah match di rentang lokasi atau koneksi yang sama dengan mereka. Hal ini membuat setiap match akan berjalan lancar tanpa terkendala dengan koneksi. Tetapi efek sampingnya adalah, dalam setiap match akan ada satu dua orang yang mendominasi karena mereka overkill secara skill, atau menjadi bulan-bulanan karena mereka memiliki kemampuan yang lebih rendah.
Sebenarnya CBMM biasanya diterapkan juga di dalam sistem yang menganut SBMM. Apalagi kalau game yang dimainkan menggunakan sistem server peer to peer base, bukan server-client base. Tapi parameter CBMM biasanya diposisikan pertama kali saat melakukan pencarian pemain tanpa diperlihatkan efek langsungnya.
CBMM ini merupakan salah satu matchmaking yang disukai oleh para streamer video game. Karena CBMM akan memastikan kalau match yang distream akan selalu berjalan lancar dengan kendala yang minim. Selain itu CBMM juga akan membuat mereka mendapatkan musuh yang kurang “sepadan” sehingga mereka bisa mendominasi pertempuran.
EBMM
Matchmaking yang satu ini merupakan sebuah matchmaking yang kami rasa paling tidak adil di antara ketiga sistem matchmaking yang ada. EBMM akan mengusahakan seorang pemain untuk bermain selama mungkin di dalam game, bila perlu dia bakal dimasukan ke dalam game yang berisikan pemain dengan skill yang lebih rendah dari dirinya. Hal ini dilakukan demi angka engagement yang tinggi.
EBMM juga kerap digabungkan dengan sistem matchmaking lainnya. Sebagai contoh, pernahkan kamu merasa dihadapkan pada match yang sangat sulit setelah kamu mengalami winning streak berkali-kali? Atau kamu mendapatkan sebuah match yang kelewat mudah ketika kamu mengalami lose streak berkali-kali? Kalau iya, ada kemungkinan game yang kamu mainkan menggunakan sistem EBMM.
Verdict
SBMM, CBMM, dan EBMM sebenarnya bukanlah parameter yang pasti dalam sebuah matchmaking. Karena kebanyakan developer game mencampurkan ketiga sistem tersebut ke dalam matchmaking mereka.
Bila mereka menjalankan SBMM dan EBMM saja tanpa memandang kualitas koneksi, maka sebuah game menjadi sangat tidak playable. Sementara itu bila game menjalankan EBMM saja tanpa mempedulikan SBMM, maka game tersebut akan kesulitan membuat sebuah matchmaking karena semua orang mendapatkan perlakukan yang sama demi engagement rate yang tinggi.
Game-game berbasiskan team memiliki masalah yang sangat rumit untuk urusan matchmaking. Sementara game-game single player biasanya cenderung menggunakan SBMM dan CBMM sekaligus, dengan sedikit EBMM sebagai pemanis bila seorang pemain melakukan smurf.